Hasil dari iseng-iseng twitteran kali ini
benar-benar berhadiah.
Mengapa begitu?
Karena dari iseng-iseng mainan twitter akhirnya aku
bisa ketemu penulis novel komedi paling ngehits di nusantara Indonesia. Makhluk
yang aslinya biasa aja, tapi jadi menawan karena kreatifitasnya. Raditya Dika.
*Jadwal meet and greet Bang Dika*
Waktu lihat jadwal meet and greet-nya bang Dika, aku kira Malang tidak berada dalam
daftar barisan kota yang akan diampiri bang
Dika. Ternyata dugaanku salah. Bang Dika menyelipkan nama kotaku untuk Ia
kunjungi dalam acara meet and greet /
booksigning. Bahagialah aku. Di jadwal itu tertulis tanggal 3 Februari
2015. Dimulailah rencana untuk mengatur jadwal agar pada hari itu aku gak ada
kegiatan atau janjian dengan siapapun kecuali bang Dika. Ya meskipun tanggal
itu adalah hari selasa, yang artinya kuliahku full sampe jam 4, bolos sekali
bukan masalah, kan? Sampai menabung
agar buku ‘Koala Kumal’ sampai di genggaman.
Rencana berjalan lancar. Jadwal tanggal 3 Februari (berusaha)
dikosongkan, hanya punya janji untuk menjadi penanggung jawab transportasi
acara kelas, itu bisa diselesaikan waktu acara bertemu bang Dika selesai. Uang
terkumpul hingga lebih dari harga buku, artinya juga bisa jajan berlebihan di Malang
Town Square (dibaca: Matos) tempat meet
and greet. Huray.
Setelah selesai melakukan kewajiban sebagai muslimah
*cielaaah*. Pukul 12.10 saat matahari dalam keadaan berbahagia menampakkan
dirinya diatas kepala. Aku berangkat dari kampus menuju Matos. Tempatnya tidak
jauh, hanya memerlukan waktu 5 menit untuk jalan dan menyebrang, dibantu pak
satpam.
Kurang lebih pukul 12.15 aku sudah berada di dalam
Matos, padahal acara bang Dika baru dimulai pukul 15.00. perjuangan banget, kan?. Aku menengok ke Toko Buku Gramedia
ternyata masih sepi. Aku memilih untuk mengisi perut dulu yang memang dari pagi
belum terisi. Terpilihlah food court
sebagai tempat memanjakan perutku waktu itu.
Kurang lebih satu jam aku menghabiskan waktu untuk
makan. Aku bergegas menuju Toko Buku Gramedia dengan keadaan raut muka yang
sangat gembira karena perut yang terisi sangat penuh. Disana sudah nampak
ramai. Aku mencari posisi, “biar jadi
antrian pertama” pikirku. Tapi ternyata posisi yang aku ambil salah,
posisiku malah menjadi yang paling akhir. Kurang hoki sepertinya. Aku tidak
kehabisan akal, aku menerobos barisan-barisan yang berada di depanku dengan
gaya “pura-pura gak punya dosa, ah”. Akhirnya
aku berada pada barisan tengah. Hahahaha. Berusaha tertawa layaknya Duryadana
dalam film Mahabarata. Abaikan.
Pukul 14.00. Angka yang tertampil pada jam tanganku.
Masih satu jam lagi, beruntungnya kakiku ini ciptaan Tuhan, kalau saja made in China mungkin sudah minta ganti
onderdil. Berdiri dari pukul 13.00 hingga kali ini, mungkin akan sampai nanti
selesai mengikuti acara ini.
Menunggu memang membosankan, tetapi jika menunggu
dengan imbalan sangat berharga, membosankan itu dapat bertransformasi menjadi
menyenangkan, bahkan mendatangkan manfaat dan pengalaman-pengalaman baru. Seperti
bertemu dengan teman baru dari fakultas lain di kampusku, dari universitas lain
di kotaku, dari kota lain di provinsiku. Dan tolong jangan pingsan karena
kalimatku barusan sangatlah berlebihan.
Detik-detik bang Dika datang akhirnya terjadi. Para
pembaca dan pencintanya bersorak-sorai menyambut kedatangan bang Dika. “Bang Dika pendek, followersnya banyak”
terus menerus menggema di dalam toko buku. Paduan antara suara merdu hingga
suara cempreng tergabung menjadi
satu. Sepuluh menit setelah bang Dika datang, antrian booksigning akhirnya dijalankan. Beruntunglah yang menjadi barisan
paling depan, karena limabelas menit pertama mendapat kesempatan foto eksklusif
dengan bang Dika, berdua hanya berdua. Dan aku bukanlah sekumpulan orang
beruntung, aku mendapat giliran setelah limabelas menit, foto bertiga sesuai
antriannya.
“Julaaaaaaaaiiiii.....”, ucap bang Dika saat aku
sodorkan novel yang aku beli. Bang Dika hebat sekali. Dia tahu namaku sebelum
bertanya kepadaku. Dia tahu namaku hanya dengan membuka novel milikku yang di
pojok kanan atas bertuliskan ‘July J’. Aku salut dengan bang Dika, kehebatan bang Dika
mengalahkan Romy Rafael. Luar Biasa.
Akhirnya, setelah novel milikku ditanda tangani dan
aku sudah mendapat foto bersama meskipun dengan dua manusia asing yang baru aku
kenal dua puluh menit yang lalu. Aku kembali menuju parkiran berniat
melanjutkan kegiatanku selanjutnya. Dan perlu bang Dika ketahui, aku
melanjutkan kegiatanku dengan senyum riang gembira. Senyum itu juga belum pudar
sampai tulisan ini selesai. Terimakasi bang Raditya Dika.
*Antrian di dalam toko buku*
*waktu tim pegawai gramedia berkata "angkat novelnya tinggi-tinggi"*
|
*yang udah punya kaosnya, ditandatangani juga* |
|
*ini foto aku bareng bang Dika dan teman-teman yang aku kenal 20 menit sebelumnya* |
*ekor antrian sudah sampai pintu masuk Matos*
Untuk yang tanya dengan siapa aku kesana. fyi, aku solo karir. sekian.