Hampir saja mobil putih itu menabrak motorku. Pikiranku
sedang melayang jauh kedepan sana. Merenungkan sosok pria yang berpostur
tinggi, berbadan gemuk, berkulit hitam, bermata belok, yang pernah membuatku
jatuh cinta pada jaman SMA. Bagaimana nanti jika aku menemuimu? Sudah lama.
Sekitar 3 tahun setelah kita lulus. Aku tidak dapat melihat wajahmu secara
langsung.
Hari ini. Aku akan menemuimu di acara reuni itu.
Entah kamu datang atau tidak, yang jelas aku mendatangi reuni itu hanya karena
ingin menemuimu. Aku ingin melihat perkembanganmu setelah 3 tahun ini. Kurasa
perkembanganmu sangat pesat. Kurasa.
Aku sudah ada di parkiran tempat kita reuni. Kulihat
kamu sudah datang, menyalami setiap alumnus yang datang. Aku menghampiri
sekumpulan itu, ternyata bukan kamu. Apakah kamu tidak datang hari ini? Aku
berharap kamu hanya terlambat.
Aku bercengkerama dengan teman-teman kita jaman SMA.
Aku suka bertemu mereka, tapi mereka hanyalah alasan kedua, yang utama kamu.
Detik demi detik berjalan. Dan kamu datang juga.
Jalan bertiga bersama satu sahabatmu sedari jaman SMA, sisanya kamu dan
perempuan di belakangmu. Siapakah dia? Apakah dia juga teman kita SMA? aku tak
mengenal wajahnya.
Sahabatku bertanya padamu tentang perempuan itu.
Kamu berusaha berkelit untuk tidak menjawab. Akhirnya lidahmu terpeleset untuk
berkata bahwa ia kekasihmu. Kau tahu? Mendengarkan pernyataanmu rasanya lebih
perih dari jari yang teriris pisau.
Aku,
Dinda....