Mengenai Saya

Foto saya
call me July /.\ Kind Autist. Overordinary girl in this extraordinary world :)

Selasa, 15 November 2016

Hari Di Mana Kamu Tidak Datang


Jumat, 14 Oktober 2016

Kala itu matahari menyengat, udara berhembus hangat.
Dengan cucur keringat pada dahi, segelas teh susu di tangan kiri, tangan lainnya memencet-mencet layar telepon genggam, aku menunggumu di halte kesukaanku. Terlalu dini untuk menunggumu datang memang, aku hanya menunggumu memberi kabar kepastian pertemuan.

Belum ada notifikasi. Meskipun banyak notifikasi masuk di telefon genggamku, jika tidak ada darimu, aku menganggapnya tidak ada notifikasi sama sekali.

Dua hari yang lalu kamu mengajakku bertemu, bukan? Bertemu untuk sekedar memberiku makanan hasil masakmu pertama kalinya. Untuk sekedar kamu tau, dua hari lalu aku berbahagia, dan ingin hari ini cepat datang.

Detik kian cepat, rotasi jarum jam semakin berantakan. Kamu tak lekas datang. Kumaklumi mungkin kamu masih memenuhi kewajiban seorang lelaki. Sungging senyum masih bisa ada di raut wajahku untuk saat ini.

Kakiku kesemutan. Teh susuku hanya tinggal satu kali sedotan. Daya telefon genggamku menuju titik penghabisan. Kamu, belum juga ada kabar.

kamu di mana?

Tiba-tiba telefon genggamku berdering tanda notifikasi darimu masuk. Kubalas dengan irama biasa saja. Menghindari kesan berlebihan terhdapmu. Dan pada akhirnya kamu....

Berkata “hari Selasa aja ya. Aku masih sibuk ini.

Sungging senyum masih bisa ada di raut wajahku.Aku masih berbahagia seperti dua hari yang lalu. Aku juga masih menunggu hari selasa untuk cepat datang. Aku pulang, meninggalkan atap halte yang sedang tersenyum padaku kasihan.

Selasa, 18 Oktober 2016

Halte bukan lagi menjadi pilihanku. Aku terlalu malu pada atap yang tersenyum penuh kasihan kepadaku empat hari yang lalu.

Di sanalah aku, duduk di antara rak buku usang. Membaca roman picisan dari negeri barat yang bertajuk “S.H.M.I.L.Y” sambil menunggu telefon genggamku bergetar karenamu. Ah, kau pasti belum bangun.

Bab demi bab kuarungi, hingga halaman tengah kutemui. Telefonku berdering, tanpa delay satu detik pun, aku bergegas membuka, membaca, dan membalasnya. Sampai pada akhirnya aku tersadar bahwa pada hari Selasa yang kamu sebutkan, kamu melupakan janjimu Jumat silam. Sungging senyumku perlahan pudar tanpa sadar.

Gontai jalanku mengingat kamu tak jadi datang. Parahnya, aku ingin kembali mengulang hari Jumat untuk menunggu hari Selasa dengan keadaan hati yang biasa saja. Hati yang masih penuh harap jika masih ada hari Selasa untuk kita bersua. 

Kini, hati telah terlanjur porakporanda. Bukan salahmu memang, ini hanya salahku yang terlalu memimpikan berlebihan tentang bagaimana keadaan jika kita bertemu. Apakah kamu akan menyambutku dengan senyum sumringah seperti tawa renyah yang selalu kamu suarakan ketika aku dan kamu berbicara melalui telefon? Apakah aku dan kamu akan tertawa terbahak saat menceritakan hal lucu? Ah aku ingin tau bagaimana wajahmu ketika tertawa, pasti lucu sekali. Aku ingin tau bagaimana reaksimu jika tertawa denganku yang mempunyai tangan jahil untuk mencubit dan memukulmu pelan. Dan yang paling ingin aku tahu adalah apakah ada momen canggung ketika aku dan kamu saling menatap. Ya, aku hanya ingin tahu tentang itu.

Hatiku telah terlanjur porakporanda. Bukan salahmu memang, ini hanya salahku yang terlalu sering berpikir dan menyimpulkan sendiri. Apakah aku tidak terlalu menarik untukmu sehingga kamu tidak menyempatkan sedikit waktu untuk menemuiku? Ah aku paling tahu bagaimana kaummu selalu melihat secara fisik, dan aku adalah kaum penganut tertarik kepada manusia lawan jenis yang membuat diriku nyaman. Dan aku menyimpulkan sendiri, bahwa nyaman saja tidak cukup untuk menjadi bagian terpenting dalam hidupmu. Aku salah. Aku malu. Aku ingin selesai. Tapi aku tidak bisa.