Mengenai Saya

Foto saya
call me July /.\ Kind Autist. Overordinary girl in this extraordinary world :)

Minggu, 30 Oktober 2016

Firasat dan Nyata

Hari ini rasanya pengen disurprisein, deh

Kalimat itu terbersit dalam benak Delia sebangun tidur. Dengan memainkan handphone-nya, Delia terus memikirkan kalimat tadi. Dilihatnya obrolan terakhir via aplikasi obrolan yang menggantung tanpa ada kalimat penutup. Pandangan Delia terpusat pada satu nama. Ambo.

Apakah Ambo menghilang kemarin dan datang hari ini untuk memberiku surprise?

Pikiran Delia semakin jauh. Namun, semua itu bukan tanpa maksud. Mungkin itu luapan perasaannya yang telah menunggu tertepatinya janji Ambo yang diberikan kepadanya. Janji yang ternyata ditunda, dan kemudian Ambo menghilang. Janji tentang pertemuan dengannya, memberikan Delia makanan yang berhasil dimasaknya untuk pertama kali. Sudah jelas jika Delia akan menunggu, tapi bukan masakannya yang benar benar ditunggu, melainkan pertemuannya.

Ah, semoga hari Senin ini Tuhan berpihak kepadaku.

Dengan mengucapkan kalimat tersebut dalam hati, Delia memulai harinya dengan mandi dan berdandan cantik. Berharap kalimat tadi akan benar-benar terjadi.

***

Kuliah Delia selesai lebih cepat karena UTS. Delia terus memantau gerak-gerik teman-temannya tapi tidak menunjukkan tanda apapun. Tidak ada yang tercurigai oleh Delia, mereka sedang duduk-duduk di pelataran gedung kuliah seperti biasanya.

Rek, ke Jang-Jang, yuk?” Tiar memecah keheningan teman-temannya yang sedang memulihkan pikiran setelah pusing dengan soal ujian.

Masih jam 12. Ti” timpal Yuma dengan melirik Tiar.

gak papa, kan di sana pasti antri jadi kita datang lebih awal aja.” Rayu Tiar kepada teman-temannya.

“Baiklah, kalau gitu. sekarang kita berangkat aja.” Ajak Delia bersemangat. Masih menyimpan angan tadi pagi dan berharap segera terjadi.

“Eh, tapi. Mas Wahanaku ikut yak?” pinta Tiar dengan senyum-senyum yang dianggap teman-temannya menjijikkan.

Hmm, ya terserah. Yang penting keluar aja yuk kita.” Ucap Diyah setengah malas.

Yaudah kita boncengan aja, Diyah, sama aku aja, yuk!” kata Vrila memberi saran.

Oke. Jadi aku sama Yuma. Dan Tiar sama pacarnya.” Delia mengamini saran Vrilia.

Ya berarti aku hubungin ya pacarku?” tanya Tiar genit.

Iyaaaaaa.....” jawab teman-teman lainnya setengah kompak karena muak dengan semua pertanyaan Tiar yang seringnya gak perlu ditanyakan.

Hening.

Eh, Del!” sentak Tiar mengagetkan semua temannya.

Apa?” jawab Delia malas, bersiap menyemprot teman terbaiknya ini jika pertanyaannya gak penting lagi.

Si Yanu mau ikut mas Wahanaku main.

Jleb.

Suara hati Delia saat itu.

Bilang aja kalau aku ikut juga, dia juga pasti gak mau kalau main ada aku.” Jawab Delia panik.

Ya, Yanu adalah bagian dari masalalu Delia yang paling lalu, bagian dari masa indah yang paling indah. Delia sangat tau bagaimana Yanu sudah tidak nyaman dengan keberadaan Delia di dunia. Bukan berlebihan, menurut Delia, Yanu tidak akan mungkin ikut main jika ada Delia di sekitarnya.

Cepet bilang sama Mas Wahana biar bilang kalau aku ikut biar dia gak kecewa kalau tiba-tiba dateng tapi ada aku.” Tandas Delia semakin panik.

Emang kenapa sih, Del? Kok kamu panik banget?” tanya Diyah dan Yuma bersamaan.

Ya, aku takutnya dia udah jauh-jauh dateng pengen main, eh malah ketemu aku yang sudah pasti bikin dia badmood.” Jawab Delia masih panik, harap-harap cemas.

Ya menurutku dia gak bakal badmood sih kalau ketemu kamu, asal kamu gak bikin dia gak nyaman aja, Del.” Pendapat Yuma sambil senyum-senyum.

Nah, dan bukan tidak mungkin kalau aku ketemu dia terus aku salting. Itu yang bikin dia gak nyaman. Eh, kamu udah bilang ke Mas Wahana kan kalau aku ikut?” Delia sangat panik melihat ke Tiar yang sedang serius melihati handphonenya.

“Udah, aku udah bilang sama dia. Bentar lagi dia sampe sini dan kita langsung ‘cuss’ yaaak.” Jawab Tiar santai meskipun ia melihat kawannya panik.

Hmmm.. Ya sudah. Bentar lagi kita berangkat, dan semoga dia gak ikut ya?” ucap Delia yang paniknya sudah mulai turun dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.

Tuh ada Mas Wahana.” Vrila sedang menunjuk jalan raya depan gedung kuliah.

Di sanalah ia. Mas Wahana, pujaan hati Tiar yang selalu setia mengantar jemput setiap hari.

Akhirnya Delia dan tiga temannya, ditambah satu pasangan sejoli berangkat ke Jang-Jang yang letaknya tidak jauh dari kampus mereka.

Di sinilah mereka, di depan tempat makan warna hijau yang sedang sepi tak berpenghuni. Tidak ada tanda-tanda buka padahal jam satu sudah tinggal beberapa menit lagi.

Eh, Ti! Kok sepi? Gak tutup, kan?” Tanya Yuma menyelidik.

Gak tau. Tapi aku kemarin ke sini jam segini udah lumayan rame yang antri.” Jawab Tiar dengan nada dan intonasi polos.

Coba buka IGnya, Ti.” Ucap Delia memberi saran.

Aku aja deh yang buka.” Vrila sedang menggenggam handphonenya mengajukan diri.

hmmm Tiar, pantes aja sepi ternyata bukanya selasa-minggu aja.” Diyah teriak kesal setelah mengetahui hasil mengintip handphone di depannya.

Hehehe. Maaf, kan aku gak tahu.” Jawab Tiar sambil tertawa polos.

Jadi, kita kemana?” tanya Vrila sambil memasukkan handphonenya ke saku celana sebelah kiri.

Aku pengennya yang ayam-ayam gitu, tapi bukan ‘nelongso’ kok. Bosen.” Jawab Yuma yang memang seringnya ngajak ke “nelongso”, tempat makan yang menu utamanya ayam dan pedas.

Gimana kalau ke ‘Moumow’ aja?” Ajak Delia sambil memberi solusi.

Emang di sana menunya apa aja?” Tanya Diyah.

Seblak, hehe. Sama ada chicken wings yang dibumbuin gitu. Gak bedalah sama ‘Jang-Jang’. Bedanya kalau di ‘Moumow’ itu diskon 50% buat pelajar.” Jawab Delia panjang lebar.

Ya udah deh kita ke sana aja.” Jawab Mas Wahana yang sepertinya sudah gerah ngemper di depan kios panas-panas.

Yaudah lah kita kuy!” Jawab Tiar bahagia.

Duduklah mereka di sana. Tiga orang di sebelah utara dan tiga orang lainnya di sebelah selatan, mereka berhadapan. Dipilihlah menu makanan yang ada, dengan tidak melupakan kodrat kewanitaannya yang selalu cerewet dan ribet, membuat ramai sebuah tempat yang awalnya sepi.

Seblak, chicken wings, kentang goreng, dan berbagai macam frape yang menjadi kesukaan masing-masing sudah tersaji di antara mereka. Beringas mereka ingin segera melahap dan memenuhi perut mereka yang sedari pagi dibiarkan kosong.

Menengoklah Delia ke arah tempat parkir, matanya tertuju pada sepeda motor putih tulang yang baru saja mendarat. Dilihatnya ada seorang pengendara berbadan tinggi dan besar di atas motor itu. Seperti tidak asing dengan bentuk badannya, Delia terpaku penasaran.

Itu Yanu, Del.” Wahana memberi notifikasi. Delia mengangguk-angguk reflek.

Ia sedang membuka helm dan meletakkannya di spion sebelah kanan. Melihat kearah dalam dengan senyum yang enggan. Melihat mereka yang sedang melahap makanan dengan suara gaduh yang terdengar tidak jelas. Masuklah ia ke dalam sana, dan bergabung dengan mereka.

Haloooo....” sapanya kepada mereka yang sedang makan. Dijulurkan tangannya tanda mengajak salaman. Satu persatu ia salami kecuali Delia. Yang sedang mengambil menu dan kertas secara sengaja untuk menghindari salah tingkah.

Delia kembali ke tempat duduknya setelah mampu mengendalikan kesalahan tingkahnya. Belum lama Ia duduk, hatinya masih meletup-letup tak karuan. Diajaklah Ia berbicara;

Sehat, Del?” Tanya Yanu sedikit tersenyum.

Se..” belum lengkap Delia menjawab sudah ditimpali dengan,

Sehatlah! Gendut gitu, kok!” Tertawalah Yanu terbahak-bahak, sepertinya merasa menang.

Makasih!” Bentak Delia setengah kesal dan tangannya reflek memukul lengan Yanu, tidak keras pastinya.

Bercengkeramalah mereka di sana. Dibuatnya tertawa mereka berenam atas tingkah dan kalimat Yanu yang menggelitik. Uno Stacko menjadi pilihan mereka di saat makanan sudah habis dan masih belum ingin beranjak dari tempat.

Diyah adalah orang pertama yang merobohkan susunannya dan terpaksa harus siap dicoret wajahnya dengan lipstick warna merah yang sangat muda. Dia memberontak dengan berteriak dengan suaranya yang cempreng. Lucu sekali. Dibantulah Diyah unruk menyusun lagi untuk permainan selanjutnya.

Dengan berteriak dan gugup, mereka bermain lagi. Yanu adalah orang kedua yang dicoret wajahnya dengan lipstick warna merah nyala. Delia adalah orang yang memaksa mencoret wajah Yanu dengan senyum kemenangan. Disusunlah lagi susunan itu dengan dibantu Delia.

Gak usah dibantuin, nanti dikira so sweet.” Bibir Yanu ringan sekali terbuka mengatakan, tertawalah ia, dan juga mereka kecuali Delia.

Tadi Diyah juga kubantuin keleeeuusss.” Delia membela diri.

Wahana dan Vrila adalah orang ketiga dan keempat yang merobohkan susunan sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk pulang sebab arah jam sudah 105’  menghadap ke kanan.

Eh Diyah, aku gak bisa nganterin kamu soalnya aku ada perlu ini.” Ajak Vrilla berbicara kepada Diyah.

Lho, lah terus gimana pulangnya Diyah?” kata Yuma menyela pembicaraan mereka berdua.

Gini aja. Gimana kalau aku sama Yuma naik motornya Delia, Delia sama Yanu aja.” Kata Diyah memberi solusi.

Gapapa kan ya, Yan? Kamu mau kan nganterin Delia ke kampus?” tanya Yuma ke Yanu sambil senyum.

Eh enggak-enggak. Mending Diyah aja yang sama Yanu, kamu tetep sama aku aja, Yuma.” Delia menolak karena segan kepada Yanu. Takut jika itu dikira permintaan yang diatur sebelumnya.

Kan aku belum kenal deket sama Yanu. Dia kan temen SMAmu jadi kamu aja, Del. Udah sana.” Diyah masih ngotot dan menarik kontak sepeda motor milik Delia.

Iya wes ayo. Lama banget. Mumpung aku baik hati, nih.” Ucap Yanu kesal menunggu perdebatan.

Duduklah ia di jok belakang sepeda motor warna putih tulang itu. Ditatapnya punggung yang ada di depannya. Ini mimpi, bukan? Tanyanya dalam hati. Kemustahilan terjadi pada hari itu.

Ada yang meletup di dasar hatinya, mengeluarkan lahar panas yang Delia sendiri kebingungan untuk dimuarakan ke mana. Berbincanglah ia, mengajak Yanu bercengkerama dengan sesekali tertawa. Ia sudah tidak lagi mampu menggambarkan letupan hatinya. Jelas, itu pasti akan membuat Yanu sangat tidak nyaman.

Kepada orang yang beberapa jam lalu berada tepat lima sentimeter di hadapku. Terimakasih untuk hari ini. Sungguh, aku tidak menyangka kamu akan datang tadi, padahal bukankah kamu tidak ingin bertemu denganku lagi, bukankah bertemu denganku adalah salah satu cara menguak masalalu yang sangat kamu benci, bukankah itu semua, Yan? Juga maaf. Mungkin niatmu telah berubah. Mungkin kamu ingin menjalin pertemanan agar tidak ada kesan permusuhan di antara kita. Namun, aku masih sama seperti beberapa tahun lalu. Masih menganggapmu masalaluku yang paling lalu, dan masa indahku yang paling indah. Juga penyesalan yang paling sesal tentunya. Mungkin bukan kamu yang tidak ingin menemuiku, tetapi aku yang terlalu menggunakan perasaan saat bertemu denganmu, itu yang enggan kau temui, ya? Maaf sekali lagi, beribu maaf. Sekali lagi terimakasih telah membuka jalan untuk kita berteman lagi. Aku senang bertemu denganmu lagi. Meski belum sempat kuabadikan wajahmu saat dihadapku tadi.

Tulis Delia pada catatan pribadinya di malam hari. Dengan tidak sadar ia meneteskan airmata dan membuatnya sesengukan. Inilah surprise yang menjadi firasatnya tadi pagi, kemudian nyata terjadi. Meskipun pemerannya berganti, melebihi dari yang ia harapkan.