Mengenai Saya

Foto saya
call me July /.\ Kind Autist. Overordinary girl in this extraordinary world :)

Senin, 16 Februari 2015

aku, dulu, dan ulang tahun, sekarang.

coba kamu lihat ke sini sebentar
lihat
lihatlah ke sini, ke arahku, sebentar saja
luangkanlah waktumu untuk memandangku
aku hanya ingin memperbaiki kesalahan yang sangat aku sengaja
kebodohan yang membawaku pada penyesalan yang sepertinya tidak pernah berakhir
lihatlah kesini, ini aku, yang pernah menjadi bagian hidupmu
ini aku, makhluk kecil yang pernah sangat bergantung kepadamu
suatu hal yang kamu ajarkan kepadaku, dulu
kini aku bertransformasi menjadi seseorang yang lebih besar dari sebelumnya
seseorang yang sudah tidak lagi melanggar apapun yang dilarang
seseorang yang sudah tidak lagi merengek seperti anak kecil karena tidak dipenuhi permintaannya
sudah tidak lagi menjadi seseorang yang labil, tiap lima menit sekali berganti suasana hati
sudah tidak lagi berbicara dengan nada tinggi setiap bulanku merah
sudah tidak lagi marah setiap barang baruku hilang ataupun dirusak orang lain
sudah tidak lagi berlaku tidak sopan kepada orang lain
semenjak kepergianmu aku belajar banyak hal
belajar mengubah segala hal yang tidak kamu suka menjadi baik
bukan karena aku ingin menjadi seperti yang kamu inginkan
melainkan aku sadar segala yang aku lakukan pada masa itu tidak ada baiknya
jadi, sekarang lihatlah kesini
apa kamu tidak bangga terhadap dirimu?
kamu sudah menjadi sebuah jembatan untuk perkembangan seseorang

Kumpulan kata ini akhirnya berani aku terbitkan setelah berpuluh-puluh hari aku biarkan membusuk di draft. Terhitung semenjak tanggal sembilan september dua ribu empat belas. Ketika seorang temanku, yang juga temanmu mem-bully-ku dengan mengucapkan selamat hari (gagal) jadi yang ke tiga tahun, seketika itu pula segala kenangan tentangmu seperti ter-restore sendiri tanpa disuruh. Memang salahku yang lupa memilih opsi ‘empty the recycle bin’ untuk segala kenangan tentangmu. Berat sekali rasanya.

Kumpulan kata ini disusun setelah mendengarkan lagu ‘Raisa – Pemeran Utama’ dan ‘Adera -Melewatkanmu’. Teruntuk kamu yang hari ini sedang berulang tahun. Selamat Ulang Tahun.

Ribuan detik aku habisi
Jalanan lengang aku tentang
Oh gelapnya, tiada yang buka
Adakah dunia mengerti?
Miliaran panah jarak kita
Tak jua tumbuh sayapku
Satu-satunya cara yang ada
Gelombang untuk aku bicara
Tahanlah, wahai waktu
Ada selamat ulang tahun
Yang harus tiba tepat waktunya
Untuk dia yang terjaga menantiku
Tengah malamnya lewat sudah
Tiada kejutan tersisa
Aku terlunta, tanpa sarana
Saluran untuk aku bicara
Jangan berjalan, waktu
Ada selamat ulang tahun
Yang harus tiba tepat waktunya
Semoga dia masih ada menantiku
Mundurlah, wahai waktu
Ada selamat ulang tahun
Yang tertahan untuk kuucapkan
Yang harusnya tiba tepat waktunya
Dan rasa cinta yang selalu membara
Untuk dia yang terjaga menantiku
Yang sudah tidak labil,

July

Rabu, 04 Februari 2015

Bertemu Bang Dika

Hasil dari iseng-iseng twitteran kali ini benar-benar berhadiah.
Mengapa begitu?

Karena dari iseng-iseng mainan twitter akhirnya aku bisa ketemu penulis novel komedi paling ngehits di nusantara Indonesia. Makhluk yang aslinya biasa aja, tapi jadi menawan karena kreatifitasnya. Raditya Dika.

*Jadwal meet and greet Bang Dika*

Waktu lihat jadwal meet and greet-nya bang Dika, aku kira Malang tidak berada dalam daftar barisan kota yang akan diampiri bang Dika. Ternyata dugaanku salah. Bang Dika menyelipkan nama kotaku untuk Ia kunjungi dalam acara meet and greet / booksigning. Bahagialah aku. Di jadwal itu tertulis tanggal 3 Februari 2015. Dimulailah rencana untuk mengatur jadwal agar pada hari itu aku gak ada kegiatan atau janjian dengan siapapun kecuali bang Dika. Ya meskipun tanggal itu adalah hari selasa, yang artinya kuliahku full sampe jam 4, bolos sekali bukan masalah, kan? Sampai menabung agar buku ‘Koala Kumal’ sampai di genggaman.
Rencana berjalan lancar. Jadwal tanggal 3 Februari (berusaha) dikosongkan, hanya punya janji untuk menjadi penanggung jawab transportasi acara kelas, itu bisa diselesaikan waktu acara bertemu bang Dika selesai. Uang terkumpul hingga lebih dari harga buku, artinya juga bisa jajan berlebihan di Malang Town Square (dibaca: Matos) tempat meet and greet. Huray.
Setelah selesai melakukan kewajiban sebagai muslimah *cielaaah*. Pukul 12.10 saat matahari dalam keadaan berbahagia menampakkan dirinya diatas kepala. Aku berangkat dari kampus menuju Matos. Tempatnya tidak jauh, hanya memerlukan waktu 5 menit untuk jalan dan menyebrang, dibantu pak satpam.
Kurang lebih pukul 12.15 aku sudah berada di dalam Matos, padahal acara bang Dika baru dimulai pukul 15.00. perjuangan banget, kan?. Aku menengok ke Toko Buku Gramedia ternyata masih sepi. Aku memilih untuk mengisi perut dulu yang memang dari pagi belum terisi. Terpilihlah food court sebagai tempat memanjakan perutku waktu itu.
Kurang lebih satu jam aku menghabiskan waktu untuk makan. Aku bergegas menuju Toko Buku Gramedia dengan keadaan raut muka yang sangat gembira karena perut yang terisi sangat penuh. Disana sudah nampak ramai. Aku mencari posisi, “biar jadi antrian pertama” pikirku. Tapi ternyata posisi yang aku ambil salah, posisiku malah menjadi yang paling akhir. Kurang hoki sepertinya. Aku tidak kehabisan akal, aku menerobos barisan-barisan yang berada di depanku dengan gaya “pura-pura gak punya dosa, ah”. Akhirnya aku berada pada barisan tengah. Hahahaha. Berusaha tertawa layaknya Duryadana dalam film Mahabarata. Abaikan.
Pukul 14.00. Angka yang tertampil pada jam tanganku. Masih satu jam lagi, beruntungnya kakiku ini ciptaan Tuhan, kalau saja made in China mungkin sudah minta ganti onderdil. Berdiri dari pukul 13.00 hingga kali ini, mungkin akan sampai nanti selesai mengikuti acara ini.
Menunggu memang membosankan, tetapi jika menunggu dengan imbalan sangat berharga, membosankan itu dapat bertransformasi menjadi menyenangkan, bahkan mendatangkan manfaat dan pengalaman-pengalaman baru. Seperti bertemu dengan teman baru dari fakultas lain di kampusku, dari universitas lain di kotaku, dari kota lain di provinsiku. Dan tolong jangan pingsan karena kalimatku barusan sangatlah berlebihan.
Detik-detik bang Dika datang akhirnya terjadi. Para pembaca dan pencintanya bersorak-sorai menyambut kedatangan bang Dika. “Bang Dika pendek, followersnya banyak” terus menerus menggema di dalam toko buku. Paduan antara suara merdu hingga suara cempreng tergabung menjadi satu. Sepuluh menit setelah bang Dika datang, antrian booksigning akhirnya dijalankan. Beruntunglah yang menjadi barisan paling depan, karena limabelas menit pertama mendapat kesempatan foto eksklusif dengan bang Dika, berdua hanya berdua. Dan aku bukanlah sekumpulan orang beruntung, aku mendapat giliran setelah limabelas menit, foto bertiga sesuai antriannya.
“Julaaaaaaaaiiiii.....”, ucap bang Dika saat aku sodorkan novel yang aku beli. Bang Dika hebat sekali. Dia tahu namaku sebelum bertanya kepadaku. Dia tahu namaku hanya dengan membuka novel milikku yang di pojok kanan atas bertuliskan ‘July J’. Aku salut dengan bang Dika, kehebatan bang Dika mengalahkan Romy Rafael. Luar Biasa.

Akhirnya, setelah novel milikku ditanda tangani dan aku sudah mendapat foto bersama meskipun dengan dua manusia asing yang baru aku kenal dua puluh menit yang lalu. Aku kembali menuju parkiran berniat melanjutkan kegiatanku selanjutnya. Dan perlu bang Dika ketahui, aku melanjutkan kegiatanku dengan senyum riang gembira. Senyum itu juga belum pudar sampai tulisan ini selesai. Terimakasi bang Raditya Dika.

*Antrian di dalam toko buku*

 *waktu tim pegawai gramedia berkata "angkat novelnya tinggi-tinggi"*



*yang udah punya kaosnya, ditandatangani juga*


*ini foto aku bareng bang Dika dan teman-teman yang aku kenal 20 menit sebelumnya*

*ekor antrian sudah sampai pintu masuk Matos* 

Untuk yang tanya dengan siapa aku kesana. fyi, aku solo karir. sekian.