Senin, 12 Agustus 2024

Koneksi Antarmateri Modul 3.1 : Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Mengambil Keputusan dengan Bijaksana: Filosofi, Nilai-Nilai, Coaching, dan Dampaknya dalam Pendidikan

Pendidikan bukan hanya tentang membagikan pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter, bahkan juga tentang kemampuan untuk mengambil keputusan yang bijaksana. Banyak hal yang harus dijadikan landasan untuk mengambil Keputusan yang berdampak positif dalam dunia Pendidikan. Misalnya perihal Filosofi Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, nilai-nilai guru penggerak, coaching, dan kemampuan sosial emosional.

Kaitan Filosofi Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara dengan Pengambilan Keputusan

Filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, sebagai bapak pendidikan Indonesia, memberikan landasan yang kuat dalam pengambilan keputusan. Pratap Triloka, konsep tiga aspek penting, mengajarkan bahwa menjadi teladan, memberikan motivasi, dan memberikan dukungan adalah kunci utama dalam pengambilan keputusan yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan.

  1. Ing Ngarso Sung Tuladha: Menjadi teladan dalam pengambilan keputusan yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan.
  2. Ing Madya Mangunkarsa: Memberikan motivasi dan inspirasi dalam pengambilan keputusan yang berpihak pada murid.
  3. Tut Wuri Handayani: Memberikan dukungan dan dorongan dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Membentuk Guru Penggerak: Nilai, Coaching, dan Etika dalam Pengambilan Keputusan

Guru Penggerak bukan hanya penuntun di kelas, tetapi guru penggerak adalah pemegang peranan penting dalam pembentukan karakter dan lingkungan belajar yang menginspirasi. Guru penggerak harus mengerti cara mengadopsi nilai-nilai seperti kemandirian, refleksi, kolaborasi, inovasi, dan dukungan terhadap peserta didik, tidak hanya menjadi pijakan teoretis. Namun, nilai-nilai tersebut harus dijadikan penuntun dalam setiap langkah pengambilan keputusan.

Nilai-nilai tersebut bukan sekadar kata-kata hampa, tetapi nilai-nilai tersebut adalah katalisator langsung dalam proses pengambilan keputusan. Seorang Guru Penggerak yang menganut nilai-nilai kebajikan tidak hanya menjadikan integritas dan moralitas sebagai landasan untuk mengambil sebuah keputusan, tetapi juga menggambarkan keputusan yang penuh tanggung jawab dalam setiap tindakannya.

Proses menjadi Guru Penggerak yang profesional tidak terjadi begitu saja. Dalam perjalanan ini, fase coaching memegang peran penting dalam proses pendidikan guru penggerak. Lebih dari sekadar meningkatkan keterampilan pengajaran, coaching membentuk kesadaran diri yang mendalam. Guru Penggerak belajar dari pengalaman, merenung atas tindakan mereka, dan mengembangkan perspektif yang lebih kaya melalui diskusi dengan mentor atau rekan sejawat.

Selain pemahaman mengenai nilai-nilai guru penggerak dan proses coaching, kemampuan guru dalam mengelola dan memahami aspek sosial emosional memiliki dampak besar pada pengambilan keputusan. Kesadaran diri membantu guru memahami reaksi emosional mereka, sementara kemampuan mengelola emosi membantu mereka tetap tenang dan fokus dalam situasi sulit. Empati, keterampilan komunikasi, dan kolaborasi semuanya menjadi fondasi kuat untuk pengambilan keputusan yang seimbang.

Pembelajaran mengenai kasus dilema etika dan bujukan moral bukan hanya menjadi alat evaluasi formal. Pembelajaran tersebut adalah jendela yang membuka pandangan ke dunia nyata guru sebagai pemimpin pembelajaran. Guru Penggerak tidak hanya berhadapan dengan konsep teoretis di kelas. Guru penggerak dihadapkan pada dilema etika dan bujukan moral yang nyata. Studi kasus membuka ruang untuk refleksi kritis, pertimbangan perspektif yang beragam, dan memperkuat kemampuan membuat keputusan yang bijaksana dan bertanggung jawab.

Secara keseluruhan, pembahasan ini menyoroti nilai-nilai, coaching, kemampuan sosial emosional, dan studi kasus dapat bersinergi untuk membentuk seorang Guru Penggerak yang tidak hanya mahir dalam pengajaran tetapi juga bijaksana dalam pengambilan keputusan dalam kasus dilema etika.

Menciptakan Lingkungan Positif melalui Pengambilan Keputusan yang Bijaksana

Pengambilan keputusan yang bijaksana oleh guru memiliki dampak besar pada lingkungan belajar. Membangun kepercayaan, meningkatkan motivasi murid, menciptakan rasa aman, dan meningkatkan kualitas pembelajaran semuanya dapat dicapai melalui keputusan yang bijaksana.

Tantangan Membentuk Masa Depan Pendidikan: Tantangan, Dampak, dan Peran Pemimpin Pembelajaran

Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan membawa tantangan kompleks yang memengaruhi pengambilan keputusan. Tantangan kompleks tersebut seperti keberagaman nilai, kurangnya pedoman, dilema etika baru, dan kapasitas yang kurang menjadi rintangan yang harus diatasi oleh pemimpin pendidikan. Meskipun kompleks, dengan keterampilan dan pengetahuan yang tepat, pemimpin pendidikan dapat menghadapi tantangan ini dengan bijaksana.

Pengambilan keputusan oleh guru tidak hanya memengaruhi keseharian di kelas, tetapi juga memberikan dampak besar pada proses pembelajaran. Keputusan yang bijaksana dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman, kondusif, dan positif, dan mendukung perkembangan potensi murid yang beragam.

Pemimpin pembelajaran memegang peranan penting dalam menentukan masa depan pendidikan. Keputusan pemimpin pembelajaran terkait dengan karakter, kualitas pembelajaran, dan persiapan masa depan menjadi langkah yang harus dilaksanakan dalam membentuk generasi yang tangguh. Dengan demikian, tantangan pengambilan keputusan dalam perubahan paradigma tidak hanya menjadi ujian, tetapi juga kesempatan bagi pemimpin pembelajaran untuk menciptakan transformasi positif dalam pendidikan.


Membentuk Masa Depan Pendidikan: Pemahaman, Refleksi, dan Transformasi

Modul materi ini bukan sekadar panduan, tetapi kunci dalam memahami dan menerapkan pengambilan keputusan etis di dunia pendidikan. Guru Penggerak, melalui nilai-nilai seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada peserta didik, menjadi agen perubahan yang memainkan peran penting dalam membentuk karakter dan menciptakan lingkungan belajar yang positif. Dalam menghadapi perubahan paradigma, tantangan kompleks seperti keberagaman nilai, kurangnya pedoman, dilema etika baru, dan kurangnya kapasitas menjadi ujian nyata. Namun, dengan keterampilan dan pengetahuan yang tepat, pemimpin pendidikan dapat mengatasi tantangan ini dengan bijaksana.

Seiring pemahaman konsep yang kuat dan refleksi kritis, guru dapat menghadapi dilema etika, perubahan paradigma, dan tantangan pembelajaran dengan bijaksana. Modul ini memberikan landasan yang kokoh dalam pemahaman konsep-konsep penting seperti studi kasus dilemma etika, coaching, dan pembentukan lingkungan belajar positif. Melalui langkah-langkah sistematis, guru dapat menghadapi tantangan dengan bijaksana dan memilih solusi yang paling tepat. Dampak pembelajaran ini tidak hanya terbatas pada level individu, tetapi juga menciptakan perubahan positif dalam dinamika pembelajaran, menciptakan lingkungan yang aman, kondusif, dan positif, serta mendukung perkembangan potensi murid yang berbeda-beda.

Pentingnya pembelajaran ini tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi pemimpin. Dengan pemahaman dilema etika, paradigma pengambilan keputusan, dan langkah-langkah sistematis, pemimpin pendidikan dapat membentuk lingkungan belajar yang berkualitas dan menciptakan dampak positif pada generasi mendatang. Dengan tantangan dan peluang ke depan sebagai pendorong, pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperoleh dari modul ini menjadi fondasi kokoh untuk terus berkembang sebagai pendidik yang bertindak sesuai dengan prinsip etika dan berdampak positif.

 Yulia Ainur Rohma

Calon Guru Penggerak Angkatan 10

Rabu, 04 Februari 2015

Bertemu Bang Dika

Hasil dari iseng-iseng twitteran kali ini benar-benar berhadiah.
Mengapa begitu?

Karena dari iseng-iseng mainan twitter akhirnya aku bisa ketemu penulis novel komedi paling ngehits di nusantara Indonesia. Makhluk yang aslinya biasa aja, tapi jadi menawan karena kreatifitasnya. Raditya Dika.

*Jadwal meet and greet Bang Dika*

Waktu lihat jadwal meet and greet-nya bang Dika, aku kira Malang tidak berada dalam daftar barisan kota yang akan diampiri bang Dika. Ternyata dugaanku salah. Bang Dika menyelipkan nama kotaku untuk Ia kunjungi dalam acara meet and greet / booksigning. Bahagialah aku. Di jadwal itu tertulis tanggal 3 Februari 2015. Dimulailah rencana untuk mengatur jadwal agar pada hari itu aku gak ada kegiatan atau janjian dengan siapapun kecuali bang Dika. Ya meskipun tanggal itu adalah hari selasa, yang artinya kuliahku full sampe jam 4, bolos sekali bukan masalah, kan? Sampai menabung agar buku ‘Koala Kumal’ sampai di genggaman.
Rencana berjalan lancar. Jadwal tanggal 3 Februari (berusaha) dikosongkan, hanya punya janji untuk menjadi penanggung jawab transportasi acara kelas, itu bisa diselesaikan waktu acara bertemu bang Dika selesai. Uang terkumpul hingga lebih dari harga buku, artinya juga bisa jajan berlebihan di Malang Town Square (dibaca: Matos) tempat meet and greet. Huray.
Setelah selesai melakukan kewajiban sebagai muslimah *cielaaah*. Pukul 12.10 saat matahari dalam keadaan berbahagia menampakkan dirinya diatas kepala. Aku berangkat dari kampus menuju Matos. Tempatnya tidak jauh, hanya memerlukan waktu 5 menit untuk jalan dan menyebrang, dibantu pak satpam.
Kurang lebih pukul 12.15 aku sudah berada di dalam Matos, padahal acara bang Dika baru dimulai pukul 15.00. perjuangan banget, kan?. Aku menengok ke Toko Buku Gramedia ternyata masih sepi. Aku memilih untuk mengisi perut dulu yang memang dari pagi belum terisi. Terpilihlah food court sebagai tempat memanjakan perutku waktu itu.
Kurang lebih satu jam aku menghabiskan waktu untuk makan. Aku bergegas menuju Toko Buku Gramedia dengan keadaan raut muka yang sangat gembira karena perut yang terisi sangat penuh. Disana sudah nampak ramai. Aku mencari posisi, “biar jadi antrian pertama” pikirku. Tapi ternyata posisi yang aku ambil salah, posisiku malah menjadi yang paling akhir. Kurang hoki sepertinya. Aku tidak kehabisan akal, aku menerobos barisan-barisan yang berada di depanku dengan gaya “pura-pura gak punya dosa, ah”. Akhirnya aku berada pada barisan tengah. Hahahaha. Berusaha tertawa layaknya Duryadana dalam film Mahabarata. Abaikan.
Pukul 14.00. Angka yang tertampil pada jam tanganku. Masih satu jam lagi, beruntungnya kakiku ini ciptaan Tuhan, kalau saja made in China mungkin sudah minta ganti onderdil. Berdiri dari pukul 13.00 hingga kali ini, mungkin akan sampai nanti selesai mengikuti acara ini.
Menunggu memang membosankan, tetapi jika menunggu dengan imbalan sangat berharga, membosankan itu dapat bertransformasi menjadi menyenangkan, bahkan mendatangkan manfaat dan pengalaman-pengalaman baru. Seperti bertemu dengan teman baru dari fakultas lain di kampusku, dari universitas lain di kotaku, dari kota lain di provinsiku. Dan tolong jangan pingsan karena kalimatku barusan sangatlah berlebihan.
Detik-detik bang Dika datang akhirnya terjadi. Para pembaca dan pencintanya bersorak-sorai menyambut kedatangan bang Dika. “Bang Dika pendek, followersnya banyak” terus menerus menggema di dalam toko buku. Paduan antara suara merdu hingga suara cempreng tergabung menjadi satu. Sepuluh menit setelah bang Dika datang, antrian booksigning akhirnya dijalankan. Beruntunglah yang menjadi barisan paling depan, karena limabelas menit pertama mendapat kesempatan foto eksklusif dengan bang Dika, berdua hanya berdua. Dan aku bukanlah sekumpulan orang beruntung, aku mendapat giliran setelah limabelas menit, foto bertiga sesuai antriannya.
“Julaaaaaaaaiiiii.....”, ucap bang Dika saat aku sodorkan novel yang aku beli. Bang Dika hebat sekali. Dia tahu namaku sebelum bertanya kepadaku. Dia tahu namaku hanya dengan membuka novel milikku yang di pojok kanan atas bertuliskan ‘July J’. Aku salut dengan bang Dika, kehebatan bang Dika mengalahkan Romy Rafael. Luar Biasa.

Akhirnya, setelah novel milikku ditanda tangani dan aku sudah mendapat foto bersama meskipun dengan dua manusia asing yang baru aku kenal dua puluh menit yang lalu. Aku kembali menuju parkiran berniat melanjutkan kegiatanku selanjutnya. Dan perlu bang Dika ketahui, aku melanjutkan kegiatanku dengan senyum riang gembira. Senyum itu juga belum pudar sampai tulisan ini selesai. Terimakasi bang Raditya Dika.

*Antrian di dalam toko buku*

 *waktu tim pegawai gramedia berkata "angkat novelnya tinggi-tinggi"*



*yang udah punya kaosnya, ditandatangani juga*


*ini foto aku bareng bang Dika dan teman-teman yang aku kenal 20 menit sebelumnya*

*ekor antrian sudah sampai pintu masuk Matos* 

Untuk yang tanya dengan siapa aku kesana. fyi, aku solo karir. sekian.